1966 – 1976

Sejarah berdirinya GKI Layur sebenarnya dimulai dari sebuah pos PI (persekutuan keluarga) pada awal tahun 1969 di rumah Bp. Ruben Budhisetiawan (lebih dikenal dengan nama Bp. Yap Heng Gie) di Jl. Wisma Jaya no. 11 yang menghasilkan susunan pengurus (dengan Pdt Clement Suleeman - Boksu Lee ditunjuk sebagai penasehat) sebagai berikut:

#PosisiNamaAsal Gereja
1KetuaRuben Budhisetiawan(GKI Kelinci)
2Wakil KetuaJ. Pangledjar(GKI Bekasi Timur)
3SekretarisA. Rajendra(GKI Bekasi Timur)
4Wk. SekretarisZakarias Trisna(GKI Kelinci)
5Bendaharadr. Suwita Suryanegara(GKI Bekasi Timur)
6AnggotaSiem Giok San(Gunung Sahari)
7AnggotaIman Kusnadi(GKI Gunung Sahari, pengunjung)

Pos PI ini dinamakan Pos PI Rawamangun dan kemudian menjadi Bajem GKI Rawamangun dibawah asuhan induk yaitu GKI Bekasi Timur.

PBajem GKI Rawamangun ini semakin berkembang dan pada tanggal 2 April 1972 didewasakan menjadi GKI Rawamangun dengan pendeta konsulennya yaitu Pdt. Eka Darmaputera.

Menyadari lokasi GKI Rawamangun yang masih terbatas, yaitu di rumah Bp. Ruben Budhisetiawan, pada tahun 1974, pengurus bersama jemaat bersama-sama membangun gedung gereja yang terletak di jalan Layur no 2.

Mengingat GKI Rawamangun semakin berkembang, BPM Sinode GKI memutuskan untuk menempatkan seorang gembala jemaat yaitu Pdt John Chandra Panuluh (saat itu masih sebagai calon pengerja) yang ditahbiskan sebagai Pendeta pada tanggal 20 Oktober 1976.

Pembangunan gedung gereja ini berhasil diselesaikan pada akhir tahun 1976 dan GKI Rawamangun resmi berubah nama menjadi GKI Layur pada tanggal 3 November 1976 bersamaan dengan pelaksaanan ibadah pertama.

1976 – 1986

Pada tanggal 4 April 1983, GKI Layur meresmikan GKI Buaran yang merupakan pendewasaan pos KPK yang berawal dari kebaktian di rumah Bp. J. Balindang di Duren Sawit.

GKI Layur berhasil memperluas gedung ibadahnya dengan membeli bangunan rumah tetangga disebelah gedung gereja dan bangunan gereja ini diresmikan, setelah dilakukan renovasi, pada tanggal 25 Agustus 1986.

1986 – 1996

Pada tahun 1989, GKI Layur kembali mengarahkan perhatian ke luar dengan membuka pelayanan baru di daerah Bekasi. Pelayanan di Bajem Bekasi ini dilakukan oleh Pdt MRP Mamora yang diteguhkan menjadi TTK pada tanggal 20 Agustus 1989 dan ditahbiskan sebagai Pendeta pada tanggal 25 November 1991.

Sehubungan dengan pelayanan di Bajem Bekasi semakin banyak, maka Majelis Jemaat GKI Layur memutuskan untuk menambah 1 (satu) pengerja lagi, yakni Pdt. Suryadi Niman. Pada tanggal 28 Oktober 1997, Bajem Bekasi didewasakan menjadi GKI Agus Salim, Bekasi yang dipimpin oleh Pdt Suryadi Niman. Sejak itu, Pdt MRP Mamora ditugaskan sebagai pengerja GKI Layur mendampingi Pdt John Ch Panuluh.

1996 - 2006

Mengingat perkembangan jemaat yang tinggal disekitar wilayah Pondok Ungu, Bekasi cukup pesat, GKI Layur bekerja-sama dengan GKI Kayu Putih bersama-sama merintis terbentuknya Pos KPK Pondok Ungu. Pos ini kemudian dikelola oleh GKI Kayu Putih dan didewasakan menjadi GKI Harapan Jaya pada tanggal 25 April 2005.

Sehubungan dengan berakhirnya pelayanan Pdt John Panuluh (emeritus pada tanggal 18 Oktober 2004) dan Pdt MRP Mamora, terjadi pergantian pengerja di GKI Layur dengan kehadiran pengerja baru yaitu Pdt Samuel Lie, yang kemudian diteguhkan pada tanggal 22 Mei 2006.

2006 – sekarang

Pada akhir tahun 2010 - merintis berdirinya Pos Jemaat di Grand Wisata (awalnya berasal dari persekutuan keluarga di rumah Pnt Soeseno Adi) untuk melayani jemaat disekitar wilayah Grand Wisata, Bekasi

Pada awal tahun 2014 - Sinode telah meresmikan persekutuan jemaat ini sebagai Pos Jemaat Grand Wisata dalam asuhan GKI Layur.

Pada 4 Juni 2017 – Pos Jemaat Grand Wisata secara resmi berubah menjadi Bakal Jemaat (Bajem) Grand Wisata.

Pada 25 Maret 2019 – Penahbisan Pdt Christia Kalff sebagai pengerja di GKI Layur mendampingi Pdt Samuel Lie

Pada akhir tahun 2019 – dimulainya proses persiapan pendewasaan Badan Jemaat Grand Wisata yang rencananya akan dilakukan pada Juli 2022 dan proses pencarian pendeta bagi GKI Grand Wisata (setelah pendewasaan)